Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Perjalanan cerita Anda akan menjadi panjang apabila Anda memiliki catatan dan karya.

Perlu kesadaran tinggi untuk berubah


Seperti biasanya, setiap akhir pekan di hari Minggu Alun-alun Bojonegoro selalu dipenuhi oleh orang-orang. Ada yang datang karena ingin berolahraga, ada juga yang datang hanya untuk berjalan-jalan saja sambil menikmati jajanan. Sebagian lainnya datang untuk mencari rezeki, ada yang berjualan, mengamen, hingga berkating menjadi pengemis. Beragam motif orang-orang datang ke alun-alun.

Biasanya yang berolahraga datang lebih awal, yaitu pukul 05.30 hingga pukul 06.30 wib. Selebih dari itu, sudah tidak banyak yang datang untuk berolahraga, melainkan untuk tujuan lain.
Untuk para pedagang atau pengamen, mereka datang lebih awal lagi sebelum yang berolahraga tiba. Umumnya sehabis Shubuh mereka sudah mulai menata stan jualan, jika terlambat, bisa-bisa tempat mereka berjualan akan didului orang lain. Karena setau saya, memang begitu adanya.
Saya mulai rutin berolahraga di alun-alun diawali pada akhir tahun 2019. Setelah Corona tiba, akhirnya saya pun juga tidak berolahraga lagi. Kita ketahui bersama, bukan cuma alun-alun yang sepi. Tapi seluruh aktivitas menjadi terbatas waktu itu.
Kemudian, saya kembali rutin ke alun-alun di tiga bulan terakhir. Meskipun itu tidak lagi untuk berolahraga, melainkan cuma CFD (Cari Food Doang). Hehehe, itu sebenarnya hanya istilah guyonan saja buat yang datang ke alun-alun mencari sarapan, bukan olahraga. CFD sebenarnya adalah (Car Free Day). Browsing sendiri artinya apa, hehehe.
Kalau tidak salah 3 Minggu yang lalu, saya baru menyadari di alun-alun ada tempat sampah baru. Tulisannya basah dan kering. Disitu saya sedikit mangkel, pasalnya masih banyak yang tidak tepat membuang sampahnya. Entah karena memang tidak paham, atau memang bodo amat dengan itu. Sampah basah dan kering, ternyata masih banyak yang tidak paham dengan itu.
Tadi pagi saya kembali ke alun-alun, seperti biasanya sebelum sarapan minimal saya keliling alun-alun dulu. Saya kembali melihat hal yang sama, meskipun tidak begitu kotor seperti sebelumnya. Tapi saya kira sama saja, bisa jadi Minggu depan lebih parah lagi. Jengkel saya tambah lagi, ada sampah plastik di sekitar tempat sampah yang disediakan, namun tidak lama, setelah itu saya buang ke tempat sampah.
"Duhhh, kesadaran e wong-wong nde sampah iki jane isek kurang, kok yo isek akeh sing koyo ngene." (Duh, ini kesedaran masyarakat tentang sampah masih kurang. Kok masih ada yang layak gitu). Batinku.
Makin jengkel lagi, pas lihat ada tulisan dilarangnya, dan itu BESAR, tapi masih banyak yang disitu. Yaitu duduk di Monumen Gotong Royong, dan banyak yang duduk disitu.
Saya kira, tidak semua orang memiliki pemahaman dan pemikiran yang selalu benar. Namun selayaknya tidak dapat dibenarkan jika sudah tahu itu salah masih dilakukan. Perlu kesadaran dari diri sendiri untuk itu.
Sambil sarapan, saya dengan teman berbincang mengenai dua hal tadi. Hingga mendapatkan kesimpulan; kabupaten, provinsi, dan negara selayaknya sebagai sebuah organisasi yang nyata. Terdapat pengurus dan anggota. Untuk sebuah organisasi berjalan dengan benar, sesuai dengan tujuan, semuanya harus memiliki kesadaran akan tujuan itu. Tidak ada tempat untuk bersikap bodo amat dengan sebuah masalah untuk mencapai sebuah tujuan. Harus saling mengisi satu dengan yang lainnya. Pemerintah dengan regulasinya yang menguntungkan keduanya, dan masyarakat dengan perilaku dan kesadarannya untuk keuntungan keduanya juga.

Posting Komentar untuk " Perlu kesadaran tinggi untuk berubah"